TINEMU.COM - Seperti sufi pada umumnya, Jalaludin Rumi bukan hanya seorang pencinta puisi. Tetapi juga seluruh cabang seni seperti musik, tari dan seni rupa. Bagi sufi secara umum seni religius dan kerohanian dapat dijadikan bukan hanya sebagai sarana dakwah, tetapi untuk meningkatkan bobot pengalaman religius dan kerohanian itu sendiri.
Dengan kata lain seni sebagai sarana kontemplasi dan meditasi, dan kendaraan naik menuju pengalaman kerohanian yang lebih tinggi. Pada peringkat ini dia berfungsi sebagai pemulihan bagi jiwa manusia. Karena itu tak mengherankan flosof dan dokter seperti Ibnu Sina menggunakan musik sebagai sarana pengobatan bagi pasien yang mengalami gangguan jwa.
Dalam wawasan estetika sufi, seni sebagai ungkapan jiwa memiliki setidak-tidaknya empat fungsi yang bermanfaat bagi pemulihan jiwa. Pertama, 'tajarrud' pembebasan jiwa dari hal-hal yang bersifat duniawi dan kebendaan melalui hal-hal yang bersifat duniawi.
Bunyi yang merupakan media musik, kata yang merupakan media puisi, bentuk dan watrna yang merupakan media seni rupa, gerak yang merupakan media tari berasal dari hal-hal yang duniawi. Namun dapat dijadikan tangga naik menuju pengalaman kerohanian setelah diolah oleh seniman secara estetik dan kreatif.
Baca Juga: Tingkatkan Pelayanan, KAI Akan Remajakan Kereta Ekonomi
Kedua, “tawajjud" (dari kata wajd) yang artinya perjumpaan dalam hati, kekusyukan, ekstasel. Seni memberikan kekusyukan sebab itu dapat dijadikan sarana kontemplasi dan meditasi.
Ketiga, seni mendidik jiwa manusia untuk mengendalikan dan membimbing perasaan atau emosi menjadi positif. Keempat, seni juga memilki fungsi sosial. Ia mengikat suatu komunitas dalam kebersamaan. Musik yang melanjutkan semangat perjuangan misalnya dapat meningkatkan dan menyatukan semangat juang suatu komunitas
'Sebagai seorang sufi, Rumi sendiri dikenal seorang pencipta komposisi musik dan lagu, serta seorang koreografer ulung pada zamannya.
Beliau mahir meniup nay atau seruling. Alat musik kegemarannya selain seruling adalah rebab, biola, rebana, tabla dan pandura.
Bukunya Matsnawi diawali dengan pemaparan “Kisah Lagu Seruling", yang melambangkan dan mengekspresikan kerinduan para sufi untuk kembali ke kampung halamannya yang abadi di alam ketuhanan. Musik yang indah baginya adalah ungkapan kerinduan seseorang terhadap asal usul kerohaniannya di alam yang sebenarnya tidak jauh dari dirinya.
Baca Juga: Mensos Serahkan Donasi untuk Balita Perempuan Penderita Kerusakan Hati
Menurut Rumi kerinduan segala sesuatu kepada asal-usulnya atau permulaan kejadian dirinya bersifat kudrati. Dalam Mathnavi 1!I:4436 - beliau menulis
Hasrat tubuh akan padang hijau dan air memancur
Terbit karena ia (Adam) berasal dari tempat itu (Taman Eden)
Kerinduan jiwa kepada Kehidupan dan Yang Maha Hidup
Terbit karena is berasal dari Jiwa Abadi
Dalam sajak “Kisah Lagu Seruling" Rumi mengumpamakan kerinduan seorang sufi untuk bersatu dengan Tuhannya sebagai kerinduan suling yang ingin bersatu semula dengan asalnya yaitu batang pokok bambu yang rimbun.