TINEMU.COM - Orang-orang di Jawa berimajinasi tubuh bersumber epos atau mitos. Warisan pengisahan-pengisahan membuat mereka menginginkan tubuh sempurna.
Mereka mengartikan sempurna itu gagah, langsing, besar, atau tinggi. Imajinasi mengacu tokoh-tokoh “terbukti” dalam beragam peristiwa.
Sekian orang menginginkan bertubuh seperti Arjuna, Gatotkaca, Karna, atau Rama. Sekian orang ingin bertubuh seperti Drupadi, Srikandi, atau Sinta.
Mereka bertambah “ingin” bila melihat “tubuh-tubuh” itu di pementasan wayang kulit, gambar, atau mata melihat pementasan wayang orang.
Pembahasaan atas tubuh-tubuh dalam epos dan mitos meresap sejak lama. “Kebenaran” tercipta dengan pengakuan-pengakuan dimufakati. Tubuh-tubuh dalam epos atau mitos perlahan digunakan dalam membahasakan gairah, kesucian, keperkasaan, dan lain-lain.
Baca Juga: 100 Tahun Sang Nabi, Gibran dan Sri
Tubuh-tubuh kadang dibahasakan secara fantastis. Dulu, orang-orang menikmati epos atau mitos merasakan puitis.
Pada situasi berbeda, kata atau istilah terpilih dalam mengisahkan tokoh lekas fantastis: mengikuti tatanan zaman sering berubah.
Tubuh-tubuh dari epos atau mitos dianggap masih acuan. Anggapan itu menjadikan tubuh-tubuh sekian tokoh pilihan digunakan dalam periklanan.
Mereka “dikeluarkan” dari cerita untuk bergerak di nalar-imajinasi komersial. Tubuh-tubuh dalam ketegangan imajinasi dan konsumsi.
Artikel Terkait
Raih Pendanaan Ratusan Juta Rupiah, Bingkai Karya Lebarkan Sayap ke Kancah Internasional
Dalang dan Iklan
DJI RS 3 Mini dan DJI Mic, Perangkat Andalan untuk Memproduksi Konten Berkelas
Aplikasi SAPA Pegadaian, Tangani Keluhan Pelanggan secara Realtime