TINEMU.COM - Pohon pinang (Areca catechu) sering kita jumpai saat perayaan tujuh belasan untuk ajang panjat pinang. Masyarakat Sinar Wajo dan Sungai Beras di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi berhasil mengolah pelepah pohon pinang ini menjadi piranti makan ramah lingkungan.
Melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Lojo Kleppa dan Kodopi Mitra Madani, warga Sinar Wajo dan Sungai Beras berkreasi menciptakan piranti makan ramah lingkungan berbahan pelepah pinang.
Semua bermula dari makin menukiknya harga dari komoditas andalan warga di kedua desa sentra pinang itu, terlebih saat awal pandemi. Ide pembuatan piranti makan ramah lingkungan berbahan pelepah pinang itu datang dari luar desa di akhir 2020.
Baca Juga: Dialog Morgan Freeman – Ghanim Al Muftah di FIFA 2022: Keindahan dalam Perbedaan
Saat itu warga melihat ada sangat banyak sampah pelepah di sekitar kebun pinang mereka. Jika pelepah dibiarkan berserakan dan mengering, ketika kemarau sampah-sampah tadi mudah terbakar. Hal ini bisa memicu kebakaran lahan.
Warga tidak sendirian dalam mengembangkan inovasi ini. Komunitas Konservasi Indonesia-Warung Informasi Konservasi atau KKI-Warsi menjadi pendamping untuk pengembangan produk berbasis pelepah pinang.
Mereka juga menggandeng Rumah Jambee, sebuah wadah usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang didirikan oleh empat peneliti dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi. Keempatnya pada 2017 pernah meneliti manfaat ekonomi dari pelepah pinang.
Baca Juga: Ini Dia 32 Tim Sepakbola Piala Dunia 2022 yang Berlaga di Qatar
Menurut Fasilitator Komunitas dan Kabupaten pada KKI-Warsi, Ayu Shafira seperti dilansir Antara, ketika inovasi piranti makan dari pelepah dikembangkan, maka petani pinang akan diuntungkan. Mereka tidak harus membersihkan area perkebunan dari pelepah yang setiap hari berjatuhan.
Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis.
Pelepah dari pohon pinang terkenal kuat dan tak mudah patah saat sudah kering. Salah satu sisi permukaan pelepah punya pelapis lilin alami. Bahan baku piranti makan adalah pelepah yang baru 1-2 hari jatuh dari pohonnya. Pelepah pelepah dicuci dengan sabun pencuci piring dan dijemur di sinar matahari langsung selama sekitar 3-4 jam.
Baca Juga: Raja Ampat Raih Penghargaan 'Must Visit Location' dari Lonely Planet
Pelepah siap untuk masuk ke mesin cetak bernama moulding hot press yang digerakkan oleh tenaga tabung gas dan menghasilkan panas bersuhu 120 derajat Celcius. Proses pencetakan memakan waktu sekitar satu menit.
Ayu menjelaskan, piring pelepah pinang tahan lama dan tidak berjamur jika disimpan di dalam lemari tertutup. Hal itu karena saat proses penjemuran, pelepah harus dipastikan dalam kondisi benar-benar kering.
Artikel Terkait
Tim Gelatah UNAIR Kembangkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Minyak Jelantah
Kurangi Sampah Plastik, KAI Gunakan Kemasan Makanan Ramah Lingkungan
Pembangunan IKN Baru Usung Konsep Ramah Lingkungan
Lamtoro, Pakan Ternak Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Dukung Transisi Energi, Maudy Ayunda Ajak Masyarakat Gunakan Transportasi Ramah Lingkungan