TINEMU.COM - Pada 12 November 2022, Edi Sedyawati pamit dari kita dan dunia. Sosok intelektual dan peka seni. Pada masa Orde Baru, ia pernah menjadi pejabat penting di kementerian. Orang-orang mengenali ia sebagai penari, arkeolog, dan penggubah puisi.
Ia meninggalkan buku-buku menunggu kita membaca meski tak semua. Buku berasal dari disertasi berjudul Pengarcaan Ganesha Masa Kediri dan Singosari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian sulit ditemukan dan berharga mahal bila masih muncul di pasar buku bekas.
Buku memuat puisi-puisi gubahan Edi Sedyawati berhak mendapat ulasan untuk memberi penghormatan dalam jagat sastra. Ratusan esai sudah terbit menjadi buku menunggu “lanjutan” orang-orang untuk memberi tanggapan.
Baca Juga: Arab Saudi: Sepak Bola dan Agama
Pada saat mengetahui berita duka, orang-orang lekas ingin mengetahui sosok dan capaian-capaian selama hidup. Mereka mencari di Google, tak mudah menuju buku. Kini, pengenalan tokoh memang gampang dengan mesin pencarian ketimbang mencari dan membuka buku-buku.
Di majalah Tempo, 4 Agustus 1984, disajikan iklan dari Grafiti Pers. Foto buku berukuran besar berjudul Apa dan Siapa: Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984. Keterangan agar orang terbujuk membeli dan membaca: “Dibanding edisi pertama, edisi terbaru ini lebih selektif, dan bervariasi. Mengetengahkan lebih banyak: 760 tokoh.” Buku memiliki 1.171 halaman, dijual dengan harga 25 ribu rupiah.
Kita membuka buku. Di halaman 785-787, kita membaca sosok bernama Edi Sedyawati, lahir di Malang, 28 Oktober 1938. Kenangan terindah saat ia menari di Istana Negara. Ia mendapat kebaikan dari Soekarno dengan pergantian kursi untuk duduk.
Baca Juga: Inilah Daftar 56 Perusahaan Penerima SNI Award 2022
Ia mengenang mula-mula suka tari: “Minatnya pada tari dimulai setelah menonton ballet di sebuah bioskop. Tetapi kemudian ia lebih terpaku pada gemulainya tari Jawa – yang sering disaksikannya melalui pementasan Ngesti Pandawa di Jakarta.”
Pada suatu masa, ia menjadi pengajar di Universitas Indonesia. Ia menghasilkan tulisan-tulisan memukau, menempatkan ia sebagai intelektual terhormat. Tahun-tahun dialami di pelbagai tempat untuk pengabdian intelektual dan seni, selain pernah berada di institusi pemerintah.
Artikel Terkait
Badan Geologi: Aktivitas Gunung Gede Masih Normal Pascagempa Cianjur
Alat Penjernih Minyak Jelantah Tingkatkan Kualitas Kerupuk
Rencanakan Kehamilan dengan Menghitung Masa Subur
Tips Kembangkan Passion Bagi Pelajar Agar Peringkat Pendidikan Indonesia Tak Jeblok