TINEMU.COM - Istilah hustle culture populer di kalangan generasi muda saat ini. Sebenarnya apa hustle culture itu, apakah memang keren atau justru berbahaya?
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Indrayanti mengatakan hustle culture merupakan sebuah istilah yang berkembang dari workaholic.
Ada tuntutan pekerjaan yang harus direspon secara profesional dan kualitas tinggi agar tidak dinilai buruk yang pada akhirnya tidak memiliki waktu untuk diri sendiri atau keluarga.
Baca Juga: Masuk Tahun Politik, Hermawan Kartajaya Ungkap Tiga Hal yang Harus Diperhatikan Polri
Pada akhirnya kondisi ini berkembang lagi menjadi toxic productivity. Kondisi ini bisa terjadi pada siapapun tidak hanya di dunia kerja, tetapi juga di dunia pendidikan.
“Melihat kondisi kerja yang situasinya pada workaholic akhirnya kepikiran, ada racun di pikiran. Jangan-jangan yang disebut produktif yang harus kerja keras, lembur, dan akan merasa bersalah jika gak kaya gitu,” paparnya.
Indrayanti mengatakan situasi ini yang terjadi pada tiap-tiap individu kemudian menjadi sebuah fenomena yang dilihat di lingkungan sehingga menjadi sebuah gaya hidup atau budaya.
Baca Juga: Berawal untuk Pertanian, Teknologi Modifikasi Cuaca Kini Berperan dalam Mitigasi Bencana
Pada akhirnya generasi muda menjadi berpikir tentang produktivitas seperti yang kebanyakan terlihat yakni yang kerja keras dan terus melakukannya supaya tidak merasa tertinggal.
“Kalau orang lain kaya gitu berarti produktif itu yang kerja keras, lembur sampai malam, bawa laptop sampai tiga. Jika tidak melakukan hal seperti itu lantas menjadi insecure,” tuturnya.
Hustle culture telah menjadi fenomena gaya hidup dimana pemikiran hidup untuk bekerja. Mendedikasikan kehidupan untuk bekerja sementara hal lain dikesampingkan.
Baca Juga: Waspada! Ada Penipuan Berkedok Promo KAI
“Hustle culture itu mindset-nya kita hidup untuk kerja yang lain entar dulu. Bukan kerja untuk hidup,” terangnya.
Indrayanti menyebutkan bahwa seringkali orang tidak menyadari jika telah terseret dalam arus hustle culture karena telah menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari.
Artikel Terkait
Healing dengan Cara Liburan, Piknik ke Luar Demi Menjelajahi Diri
Tren Healing dengan Staycation, Psikolog UGM Sebut Ada Salah Kaprah
Tenaga Kerja Indonesia Masih Didominasi Pekerja Berkeahlian Rendah
Jenjang Karir Jadi Aspek Utama Gen Z dalam Memilih Tempat Kerja
Tips Kembangkan Passion Bagi Pelajar Agar Peringkat Pendidikan Indonesia Tak Jeblok
Agar Tak Hanya Jadi Wacana, Yuk Susun Resolusi dengan SMART