Protein hewani penting dalam penurunan stunting, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dan lain-lain).
Baca Juga: Kemenag Rilis Daftar Lembaga Pengelola Zakat, 108 LAZ Tidak Berizin
Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.
Sementara itu berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2019 menunjukkan konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia.
Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki potensi sumber daya protein hewani, tetapi konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah.
Baca Juga: Erajaya Active Lifestyle Hadirkan Trio Headset Gaming Razer Kaira Series Di Urban Republic
Data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (di atas estándar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3.37 gram, daging 4.79 gram dan ikan/udang/cumi/kerang 9.58%.
Peningkatan gizi masyarakat pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan protein hewani setiap makan akan mempercepat penurunan stunting.
Ayo sukseskan peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 dengan menggaungkan Protein Hewani Cegah Stunting.***
Artikel Terkait
Ini langkah Strategis BIG dan BKKBN Atasi Stunting
Cegah Stunting dengan Teknologi Nuklir
UGM dan Danone Luncurkan Buku Seri Cegah Stunting
STUNTECH, Aplikasi Deteksi Dini Stunting Karya Mahasiswa UGM