TINEMU.COM - Ketika film dibuka dengan adegan seorang pria berukuran tubuh super besar menonton film porno homoseksualitas sambil merancap lalu terengah-engah tentu banyak dari kita akan berpikir bahwa film ini akan membahas tentang kesepian.
Namun, dugaan itu kemudian musnah ketika tak berapa lama, pria berukuran besar bernama Charlie (Brendan Fraser) mendapatkan semacam nyeri dada yang hebat yang membuat dirinya kesulitan bernapas, lalu datanglah Thomas (Ty Simpkins), seorang misionaris muda, dan kemudian Liz (Hong Chau) teman, perawat, dan "ipar" Charlie untuk menolongnya.
Liz memiliki kedekatan dengan Charlie karena kematian Alan, kakaknya adalah kekasih Charlie yang membuat Charlie meninggalkan istrinya, Maria (Samantha Morton), dan anak mereka Elie (Sadie Sink). Liz tahu Charlie menderita sehingga mau memeriksa kesehatannya, menjaga kebersihan ruang apartemennya, dan membawakan makanan untuk Charlie yang karena kelebihan berat badan membuatnya tak bisa berdiri atau bergerak leluasa tanpa bantuan alat.
Baca Juga: Resensi Film : A Man Called Otto, Cinta Sesungguhnya Adalah Kekuatan Menjalani Hidup
Elie yang kerap mendatangi ayahnya seolah memanfaatkan masa lalu Charlie yang meninggalkan dirinya untuk berbuat sesuka hati, bahkan bersikap kurang ajar terhadap Charlie. Mungkin jika Kang Emil melihat film ini bisa menelepon kepala sekolah Elie untuk minta Elie dikeluarkan dari sekolah karena sikap-sikap kurang ajar Elie terhadap ayahnya itu.
Namun Charlie sebagai ayah memiliki harapan bahwa Elie akan tetap tumbuh dewasa dengan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia. Ia tahu bahwa Elie, meskipun sempat kehilangan kepercayaan dan kegembiraan akan dirinya sebagai anak yang memiliki ayah, tidak akan kehilangan jati dirinya sebagai anak manusia yang berjiwa sosial.
Adalah esei dari Elie tentang novel Moby Dick karangan Herman Melville yang sebenarnya menjadi petunjuk mengapa yang ditampilkan hanya sekelumit-sekelumit saja baik dari sisi Charlie yang bisa membesar begitu rupa setelah meninggalnya Alan. Atau kisah tentang kematian Alan yang hanya diperbincangkan oleh Liz dan Thomas atau cerita Maria.
Baca Juga: Produksi Kendaraan Listrik Roda Tiga Multifungsi, Tomara Siap Penuhi Kebutuhan Instansi Pemerintah
Pun sikap dari Elie dan Maria yang seolah menunjukkan mau menerima Charlie kembali ke dalam kehidupan mereka tetapi sekaligus juga enggan mengingat, kalau kata Maria, betapa berat menjelaskan kepada orang-orang terutama orangtua mereka alasan Charlie meninggalkan keluarga adalah karena jatuh cinta pada seorang pria.
Barangkali kisah ini memang dipertunjukkan kepada semua orang sesuatu yang tersembunyi selama ini, yaitu penerimaan terbuka dan terang-terangan kepada kaum LGBTQ+ baik di dalam keluarga, masyarakat, bahkan ke dalam agama yang, khususnya yang terakhir, memiliki standar yang kaku bahkan menghakimi terhadap orang yang dimarjinalkan itu.
Hal ini terlihat dalam film tersebut ketika Thomas didesak oleh Charlie dengan pertanyaan, "Apakah aku terlihat menjijikan bagimu?" yang kemudian membuat Thomas terpojok, kemudian berlari meninggalkan apartemen Charlie setelah menjawab "Ya."
Baca Juga: Pendaftaran Dibuka, Yuk Ikut Mudik Bareng Honda 2023
Begitu pula dengan kisah sedih Elie yang justru tidak muncul ke permukaan kecuali hanya ia merasa ditinggalkan oleh ayahnya dan ayahnya seolah dihalangi untuk tahu lebih banyak tentang dirinya oleh ibunya, padahal dari perbincangan Maria dan Charlie, justru yang mendapat hak asuh adalah Charlie.
The Whale diakhiri oleh sesuatu yang terlihat ajaib bahwa Charlie yang sebesar itu bisa melayang di udara sebelum kemudian kaki-kaki itu menempel di pasir pantai dan disapu ombak yang sudah melandai, sementara di belakangnya, Elie kecil yang tengah membuat istana pasir memandang ke arah dirinya.
Darren Aronofsky, sang sutradara, konon sengaja membuat ending yang multi tafsir bagi para penonton. Terlepas dari Charlie itu mati atau malah sembuh, yang jelas seperti Ishmael mengisahkan tentang Kapten Ahab dan Moby Dick, tugasnya sudah selesai.**
Artikel Terkait
Poster dan Trailer Film Kartu Pos Wini Diluncurkan, Tayang di Bioskop 6 April 2023
Resensi Film Not Okay, Betapa Beracunnya Media Sosial
Resensi Film Knock at the Cabin, Ketika M. Night Shyamalan Menabrakkan Logika dan Agama
Resensi Film : A Man Called Otto, Cinta Sesungguhnya Adalah Kekuatan Menjalani Hidup