TINEMU.COM - “Ditempat lain tidak ada aturan demikian, di sinilah yang ada,” kata si pengurus. “jika tidak percaya boleh kau coba datang ke restoran lain.”
Bing-sia tidak ingin ribut-ribut, terpaksa ia meninggalkan resoran itu. Makin dipikir makin heran. Betapapun persoalan ini harus diselidiki hingga jelas. Tapi kepada siapa ia dapat mencari keterangan.
“Sungguh sial, jangan-jangan malam ini aku harus kelaparan!”
Selagi Bing-sia meragukan apa yang harus dihadapinya nanti, tiba-tiba seorang kakek mendekati dia berkata setengah berbisik padanya, “Jangan sedih Nona, apakah kau tidak punya sanak famili di kota ini?”
Orang tua ini bicara dengan nada gugup dan takut-takut.
Bing-sia masih ingat kakek ini tadipun sedang minum minum di restoran, segera ia menjawab, “Bila punya sanak famili di sini kan aku tidak perlu mencari pondokan dan rumah
makan. Aku kebetulan lewat di sini saja dalam perjalanan ke Lengbu.”
“O, sebaiknya kau jangan melanjutkan perjalanan,” ujar kakek itu.
“Kenapa?” tanya Bing-sia.
“Disini bukan tempat bicara yang baik” kata kakek itu.
“Sungguh kasihan kau, sudah malam begini. Jika kau suka, biarkan kau bermalam saja di rumahku.”
“Semua hotel dan restoran menolak diriku, tentu mereka ada alasannya, apakah kau tidak takut tersangkut urusan?” kata Bing-sia.
“Aku hanya punya seorang teman tua, semuanya sudah berumur, takut apa lagi?” ujar si kakek.
Watak Bing-sia memang tidak suka pura-pura, segera ia menyatakan terima kasih dan terima baik ajakan si kakek. Begitulah setelah membelok beberapa jalanan akhirnya si kakek membawa Bing-sia sampai di rumahnya. Diam-diam Bing-sia heran, tampaknya sudah tua, tapi langkah kakek itu ternyata sangat gesit.
“Hai, kawan tua, lekas buka pintu, ada tamu!” seru si kakek setelah menutup pintu.
Maka keluarlah seorang nenek, heran juga dia melihat Bing-sia, katanya, “Nona ini siapakah...”
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (173)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (174)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (175)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (176)