TINEMU.COM - “Kabarnya pemuda yang baru berumur dua puluh lima atau dua puluh enam tahunan, berperawakan tinggi, ada tahi lalat di tengah jidatnya,” kata Ho Kiu-kong.
Sejak kecil Bing-sia sudah ikut ayahnya berkelana di dunia kangouw, maka macam-macam tokoh persilatan sudah dilihat dan didengarnya. Tapi keterangan Ho Kiu-kong tentang Jay-hoa-
cat itu sungguh sangat di luar dugaannya, sebab gambaran Jay-hoa-cat itu ternyata mirip Ci In-hong, baik umur maupun perawakan, begitu pula tahi lalat di tengah jidat adalah ciri-ciri khas Ci In-hong.
Tapi waktu kejadian terang tidak cocok, ada kemungkinan perbuatan di rumah komandan kota itu dilakukan oleh Ci In-hong, tapi kejadian pertama pasti bukan, sebab waktu itu terang Ci In-hong masih belum kabur dari Long-sia-san.
Bing-sia menjadi sangsi, ia coba tanya, “Apakah kedua peristiwa itu dilakukan Jay-hoa-cat yang sama?”
Tampaknya Ho Kiu-kong rada heran, jawabnya, “Mengapa nona menyangsikan Jay-hoa-cat itu ada dua orang? Satu saja sudah kalang kabut, kalau dua kan lebih celaka lagi. Tapi aku pun tidak tahu dengan pasti, sebab dari prajurit-prajurit di rumah komandan kota dan para jago pengawal di rumah hartawan Sun tiada keterangan yang menyatakan penjahat yang mereka hadapi itu ada persamaannya.”
Bing-sia merasa kecewa karena tidak mendapat keterangan yang memuaskan. Tapi sekarang ia pun tahu duduknya perkara, kiranya ditolaknya dia menginap di hotel dan makan di restoran adalah karena orang-orang itu takut ikut tersangkut oleh urusan Jay-hoa-cat, sebab siapa tahu bila malamnya sang tamu lantas diculik oleh penjahat itu.
“Makanya nona cantik seperti kau hendaklah hati-hati, nona Beng,” kata Ho Kiu-kong pula.
“Tapi tampaknya kau seperti tidak takut terhadap hal begitu? Aku justru berharap Jay-hoa-cat itu menyantroni diriku,” sahut Bing-sia.
“Kiu-kong, tampaknya kaupun seorang yang berisi, rupanya aku salah lihat tadi.” Berbareng itu sebelah tangannya terus mencengkeram ke pundak Ho Kiu-kong.
Kakek itu terkejut, dengan sendirinya ia berusaha menangkis. Akan tetapi pergelangan tangannya lantas kena dipegang Bing-sia. Sekali pegang segera Bing-sia dapat menjajaki tinggi rendahnya kepandaian orang, ternyata tidak seperti dugaannya semula.
“Jangan bergurau, nona, tulang-tulang tua bisa retak semua,” seru Kiu-kong.
Bing-sia melepaskan cekalannya dan berkata, “Maaf Kiu-kong. Terpaksa aku menjajal engkau supaya kau perlihatkan dirimu yang sebenarnya.”
“Ai, sudah tua, hanya beberapa jurus cakar kucing saja juga tak berguna,” kata Kiu-kong. “Aku malah tidak menyangka kepandaian nona yang hebat ini, tampaknya aku pun tidak perlu kuatir lagi.”
“Ah, kau terlalu memuji,” kata Bing-sia. “Apakah Kiu-kong pernah menyelidiki jejaknya Jay-hoa-cat itu, kalau ada tanda-tanda yang dapat dicari aku pun ingin coba-coba menghadapi dia.”
“Terus terang Jay-hoa-cat itu terlalu lihai, hanya dengan beberapa jurus kepandaianku ini mana aku berani mencari perkara padanya?” sahut Ho Kiu-kong.
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (173)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (174)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (175)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (176)