TINEMU.COM - “Akupun belum yakin benar akan tepatnya dugaanku,” kata In-hong. “Tapi kau jangan lupa, kita hanya berdua dan mereka bertiga.”
Baru saja Bing-sia hendak menerangkan kepandaian Ho Kiu-kong yang tak berarti itu, tiba-tiba In-hong mendesis, “Wah, sudah terlambat. Keparat itu sudah keburu datang!”
Waktu Bing-sia memandang ke sana, dilihatnya sesosok bayangan sedang melayang tiba secepat terbang. Cepat In-hong menarik Bing-sia sembunyi di balik bubungan rumah sambil berbisik, “Jangan sembarangan bertindak dulu, kita harus mengikuti permainan apa yang akan mereka lakukan!”
Tidak lama kemudian Jay-hoa-cat itu telah sampai di rumah Ho kiu-kong, lalu segera membuka jendela kamar Bing-sia berada tadi sampai terdengar suara, “krek”, yang terdengar cukup jelas dari bubungan tempat In-hong dan Bing-Sia mengintainya.
"Jay-hoa-cat itu terlalu sembrono, kalau mendadak dari dalam kuserang dia tentu dia akan terluka parah andaikan tidak mampus," bisik Bing-Sia pada In-hong.
Sejenak kemudian, terdengar Jay-hoa-cat itu bersuara heran didalam kamar sambil menggumam, “He, ke mana perginya anak dara itu!?”
Menyusul lantas terdengar suara bentakan Ho Kiu-kong, “Maling, cabul jahanam, berani kau menyatroni rumahku!”
“Hm, tua bangka yang tak tahu diri, apa kau minta mampus? Lekas serahkan anak dara itu!” damprat si maling perusak perawan.
Lalu terdengar suara gedebrakan orang bertempur di bawah. Bing-sia segera bermaksud menerjang ke bawah. Tapi keburu ditahan Ci In-hong dan menyuruhnya tunggu sebentar lagi.
Tidak lama kemudian suara benturan senjata sudah reda, sebaliknya dari rumah lantas dinyalakan pelita. Rupanya Ho Kiu-kong telah dirobohkan oleh Jay-hoa-cat.
Dengan sinar lampu lampu iu maksud Jay-hoa-cat hendak mencari di mana si nona cantik disembunyikan. Kemudian terdengar suara si nenek memohon dengan suara gemetar, “Ampun Tay-ong (raja besar, sebutan kepada para bandit), kamu hanya orang tua berdua, tidak punya anak perempuan.”
“Kurang ajar! Kau berani membohongi aku? Kau tidak punya anak perempuan, tapi di mana itu anak dara yang mondok di tempatmu kemarin? Di mana kau sembunyikan dia, lekas mengaku!” bentak Jay-hoa-cat itu.
“Jangan bicara, teman tua, biar pun mati juga jangan kita mengorbankan anak perempuan yang tak berdosa itu! Seru Si Kakek Ho.
“Hm,boleh kau bunuh saja kami!”
“Hm, kau tidak mengaku, apa aku tak bisa mencarinya?” jengek si maling. “Keparat benar, agaknya kalian tua bangka ini perlu dihajar adat supaya tahu rasa!”
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (179)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (180)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (181)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (182)