• Selasa, 26 September 2023

Puspa Indah Taman Hati, Sebuah Konser, Surat, dan Kenangan

- Minggu, 10 September 2023 | 16:12 WIB
Novel Puspa Indah Taman Hati karya Eddy D Iskandar (Koleksi Pribadi Bandung Mawardi)
Novel Puspa Indah Taman Hati karya Eddy D Iskandar (Koleksi Pribadi Bandung Mawardi)

TINEMU.COM - Sekian hari lalu, film baru tapi lama diputar di bioskop-bioskop. Film itu berjudul Puspa Indah Taman Hati. Film membuka nostalgia bagi orang-orang mengalami menjadi remaja masa 1970-an dan 1980-an. Mereka teringat buku dan film. Mereka akrab nama-nama: Eddy D Iskandar, Rano Karno, dan Yessy Gusman. Pengarang novel dan dua bintang film itu mengesankan, terkenang sepanjang masa.

Mereka pun ingat Chrisye. Lagu-lagu dibawakan Chrisye mengena perasaan. Pendengar bisa tertunduk haru. Pendengar bisa menerawang silam.

Lagu-lagu dengan lirik cukup puitis, terhubung dengan halaman-halaman dalam novel dan adegan-adegan dalam film.

“Masa remaja punahlah sudah,” lirik teringat sambil menuruti sedih saat Galih dan Ratna harus berpisah. Di SMA, dua remaja itu menjalin perasaan.

Mereka mengerti puisi dan lagu. Pelajaran-pelajaran di sekolah agak mengeratkan janji bertema pendidikan. Asmara justru berbeda dari pengharapan. Latar SMA untuk asmara berakhir air mata.

Kita sejenak mengingat Gita Cinta dari SMA. Paragraf terakhir ditulis Eddy D Iskandar: “Galih menghela napas. Langkahnya terhenti. Ia menoleh ke belakang. Ke jalan kereta api yang lurus, di mana Ratna telah lenyap. Sunyi itu, kadang-kadang mengerikan. Sepi itu, kadang-kadang melelapkan.”

Ratna naik kereta api: berpindah kota dan bertaruh nasib dalam pernikahan. Galih melihat kereta api berlalu dan asmara (mungkin) berlalu.

Kini, kita membuka novel berjudul Puspa Indah Taman Hati (1980). Latar tak lagi di SMA tapi IKJ. Galih kuliah di IKJ, terakui sebagai musisi. Di kampus seni, ia membentuk biografi tanpa Ratna.

Hidup telah berubah. Ia tetap bermusik. Ia sanggup menggubah lagu, tak lupa puisi. Lagu-lagu terdengar di radio dan dinikmati di TVRI. Kaset-kaset beredar di pasar musik. Galih, nama dikenal penikmat musik di pelbagai kota.

Eddy D Iskandar menghadirkan perempuan bernama Marlina. Ia pun kuliah di IKJ. Perempuan idaman dan dipertemukan dengan Galih. Kita berkenalan dulu dengan keistimewaan Marlina. Ia terlambat masuk ke ruang kuliah, mengerti bakal mendapat hukuman.

Situasi justru berubah: “Setelah duduk di bangku, Marlina masih merenung memikirkan perlakuan Pak Arga barusan. Ia tak habis pikir, kenapa dosen yang dianggap killer itu, memperlakukannya demikian baik.” Adegan seperti mengulang perkenalan Ratna di kelas saat SMA. Pengarang berhak membuat pola “terhubung” agar para pembaca “digampangkan” dalam menikmati cerita.

Perkenalan Marlina dan Galih memerlukan perantaraan. Kemiripan-kemiripan bakal sering dijumpai pembaca. Khatam novel berjudul Gita Cinta dari SMA tak perlu repot untuk membuka halaman-halaman Puspa Indah Taman Hati. Novel bisa dikhatamkan cukup setengah jam. Novel tipis tapi “menebalkan” keromantisan.

Adegan perkenalan mereka: “Kedua tangan itu terlepas. Marlina mencoba tersenyum. Dan napas Galih terasa semakin sesak. Galih seakan mimpi bahwa gadis yang dihadapinya bernama Marlina.” Pertemuan dan perkenalan membangkitkan kenangan.

Pembaca diseret lagi ke belakang: episode Galih dan Ratna. Galih melihat Marlina teringat Ratna. Pengarang mengisahkan: “Ingatan Galih melayang ke masa silam. Masa di SMA. Masa menjalin cinta bersama Ratna. Masa yang penuh suka dan duka. Masa yang pahit. Masa yang manis. masa bertabur sejuta bunga. Masa yang menusuk sejuta duri. Masa perpisahan yang terpaksa karena sikap orang tua Ratna. Masa kereta api melaju, membawa Ratna, tanpa lambaian tangan.”

Duka pembaca terungkit kembali saat dulu mengharapkan Galih dan Ratna berlanjut menjadi suami dan istri. Pembaca teringat wajah Rano Karno dan Yessy Gusman, merasakan kesedihan dalam lagu-lagu dibawakan Chrisye. Pembaca dijebak kecengengan.

Halaman:

Editor: Dedy Tri Riyadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (198)

Selasa, 26 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (197)

Senin, 25 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (196)

Minggu, 24 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (195)

Sabtu, 23 September 2023 | 09:00 WIB

Auman Sang Singa Tua

Jumat, 22 September 2023 | 18:23 WIB

Lantunan Buku Harian Dido

Jumat, 22 September 2023 | 18:05 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (194)

Jumat, 22 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (193)

Kamis, 21 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (192)

Rabu, 20 September 2023 | 09:00 WIB

Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (191)

Selasa, 19 September 2023 | 09:00 WIB

Lili Tak Mampir ke Moskow

Senin, 18 September 2023 | 19:09 WIB
X