TINEMU.COM - “Memang betul.” Kata In-hong. “Aku telah melaksanakan usul ayahmu itu dan pergi menemui Yang Thian-lui, benar juga dia lantas menerima diriku sebagai wakilnya Suhu, bahkan aku diberi pangkat sebagai jago pengawal kelas dua. Lebih dua tahun aku berkecimpung di markasnya, banyak juga berita penting yang kuperoleh, beberapa kali dia mau menangkap pahlawan-pahlawan penentang Kim, untung sebelumnya kuberikan kabar kepada kawan seperjuangan itu sehingga mereka dapat lolos dengan selamat. Kaypang cabang Taytoh (Ibukota Kim, Peking sekarang) ada hubungan gelap dengan aku, maka setiap kali berita rahasia selalu kukirim melalui kaum pengemis itu, aku sendiri tidak pernah memperlihatkan diriku.”
“Tapi kejadian begitu kalau terlalu sering, tentu Yang Thian-lui akan curiga bukan?” ujar Bing-sia.
“Benar dugaanmu,” sahut In-hong. “Dan inilah sebabnya aku harus angkat kaki dari sana. Semula aku tak dicurigai sehingga tidak sedikit orang yang mati penasaran terbunuh olehnya, tapi lamban laun aku lah yang dicurigai. Aku merasa tidak enak, maka sebelum dia turun tangan, pada suatu malam aku lantas kabur dengan membawa surat tugas palsu.”
“Setelah lari keluar dari Taytoh, apakah kau langsung menuju ketempat To Hong sana? Apa kau sudah mengetahui ayahku bakal datang pula?” tanya Bing-sia.
“Bukan. Hanya tentang Tun-ih Ciu dan To Liong bersekongkol dengan pihak Mongol, hal inilah yang kuketahui malah.”
“Jika begitu, jadi maksudmu datang ke Long-sia-san hendak membongkar rahasia mereka itu?”
Ci In-hong mengangguk, sambungnya pula, “Namun semula aku tidak tahu jiwa To Hong yang sebenarnya, aku khawatir dia membela kakaknya sendiri, makanya aku tidak berani bicara sembarangan melaporkan rahasia busuk kakaknya itu padanya. Hanya tiga hari setibaku di Long-sia-san lantas ketemukan siang pleno kaum persilatan di sana itu. Dengan adanya sidang itu barulah aku mengetahui To Hong adalah seorang ksatria sejati, seorang pahlawan yang bijaksana, rasa sangsiku padanya lantas lenyap. Tapi tatkala itu tidak perlu lagi lagi kulaporkan rahasia yang kuketahui, sebab kau dan Li bengcu sudah keburu membongkar perbuatan mereka yang khianat di depan sidang.
“Jika begitu, mengapa pada malam itu kau tidak hadir dalam pesta perayaan?” tanya Bing-sia.
“Soalnya ketika di Taytoh aku pernah melihat wakil Toh-cecu dari Hui-liong-san datang mengunjungi Tang Thian-lui, maka aku menjadi curiga jangan-jangan Hui-liong-san juga sekomplotan dengan mereka, hanya belum mendapatkan buktinya. Aku pikir kalau curigaku itu memang betul, tentu To Liong mengetahui latar belakang kedatangan utusan Hui-liong-san yang minta datang minta bantuan To Hong itu, juga ingin tahu tipu muslihat apa yang mereka atur terhadap Long-sia-san, makanya aku harus mencari kesempatan untuk mengadakan pertemuan rahasia dengan To Liong. Dan kalau aku hadir dalam pesta kalian itu akan berarti rencanaku gagal total.”
“Surat kaleng yang kau tinggalkan dikamar Li Su-lam tentunya kau pula yang tulis bukan?” tanya pula Bing-sia.
“Benar, cuma sayang pertemuanku dengan To Liong telah dipergoki nona Nyo. Keadaan pada waktu itu serta seluk beluk dan lika likunya tidak memungkinkan aku memberi penjelasan serta membela diri, maka terpaksa aku harus menyingkir untuk sementara.”
“Ya, tempo hari hari akupun mengira kau adalah mata-mata musuh,” ujar Bing-sia dengan tertawa. “Malahan ayahku seperti tahu akan dirimu, beliau suruh kami jangan suka curigai orang baik sebelum segala sesuatunya menjadi terang.”
“Sungguh aneh, padahal tempo hari ayahmu belum melihat diriku, andaikan melihat juga belum tentu kenal aku, sebab waktu ayahmu datang ke tempat guruku dua tiga kali dahulu aku masih anak kecil, juga tidak pakai nama seperti sekarang ini.”
“Bolehkah aku mengetahui nama gurumu yang terhormat?”
Ci In-hong lantas katakan nama gurunya.
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (185)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (186)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (187)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (188)