TINEMU.COM - Ketika menerima buku novel bersampul merah “ala” buku-buku Marxisme dan buku “kiri” terbitan Ultimus Bandung ini, judulnya sangat mencolok. Huruf Rusia yang berarti “Halo Moskow” dicetak lebih besar dari judul Indonesianya sehingga bagi yang baru melihat sepintas, buku ini seperti novel asing-buku-buku karya penulis asing yang terpampang di gerai buku impor.
Apalagi nama pengarang (Lili) yang disambungkan dengan nama almarhum suaminya yang orang asing menjadi Lili Munir Croft-Cusworth. Buku ini adalah catatan perjalanan penulisnya, Lili Munir Croft-Cusworth yang sempat belajar tentang masalah perkoperasian di Moskow antara tahun 1962-1964 jauh sebelum peristiwa 1965 yang menjadi momok bertahun-tahun bangsa Indonesia bahkan sampai pada generasi yang lahir tahun 1970-an.
Ini adalah sudut pandangan orang Indonesia pertama tentang Rusia tatkala menjadi negara komunis secara jujur apa adanya. Buku ini berkisah tentang perempuan Indonesia yang kuliah di Moskow pada tahun 1962-1964 tatkala Indonesia sedang mengalami zaman Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno.
Baca Juga: Moscow Central Diameter Keempat Telah Dibuka di Ibu Kota Rusia
Kala itu dunia internasional sedang mengalami periode Perang Dingin ketika Blok Barat (AS,Eropa) berhadapan dengan Blok Timur (Rusia, RRC) saling bersaing mencoba memenangkan pengaruh di dunia. Karena terjadi sebelum peristiwa 1965 hubungan Indonesia kala itu bisa dikatakan masih mesra dengan negara berpaham komunis, salah satunya Rusia.
Presiden Rusia Kruschov kala itu mendatangani perjanjian damai dan saling bantu dengan Soekarno, jadi rakyat Rusia bersahabat dengan rakyat Indonesia, bertepatan dengan salah satu misi pemerintah waktu itu yang sedang giatnya menggalakkan koperasi di Indonesia.
Tempat untuk studi koperasi yang menjadi tujuan adalah Rusia yang dianggap paling berhasil menjalankan sistem perkoperasian di negaranya sehingga Soekarno merasa perlu menerapkan ilmu ini kelak di Indonesia, tentunya sebagai penguatan di bidang ekonomi.
Nama Presiden Soekarno sangat harum di sana sehingga sebagai mahasiswa dari Indonesia Lili disambut hangat oleh orang-orang Rusia. Lili, adalah lulusan sarjana ilmu politik UGM tahun 1962. Ia ditawari ibunya untuk kuliah di Moskow untuk belajar ilmu koperasi.
Baca Juga: Bersepeda Pagi, Presiden Jokowi Sapa Masyarakat di Kebun Raya Bogor
Waktu itu ia masih berumur 23 tahun dan belum terpikir untuk bekerja. Ilmu koperasi kala itu menjadi primadona sehingga mahasiswa yang dianggap berbobot termasuk Lili disarankan untuk menekuninya jika berminat ke Rusia, sesuai dengan keinginan pemerintah yang sedang giatnya menggalakkan koperasi.
Tetapi, sebelum berangkat Lili dipesan orangtuanya agar tak mengikuti paham komunis. Singkatnya di sana ia dipesan hanya belajar koperasi, ajaran komunis tidak boleh. Lili yang masih getol sekolah mengiyakan dan berangkatlah ia pada bulan Mei 1962 ke Moskow, tepatnya di Perlovskaya.
Seperti halnya cerita-cerita orang asing yang merantau ke negeri orang, berbagai pengalaman menarik bermunculan terutama masalah “gegar budaya” menjadi kekuatan utama novel yang saya sebut novel-memoar ini.
Di bagian awal yang diberi judul “Aku Suka Rusia”, di sini pembaca dapat melihat interaksi pergaulan internasional tokoh utama dengan para mahasiswa lainnya seperti dari Afrika, Kuba, Amerika Latin, Manchuria, Mongolia yang juga belajar di sana.
Baca Juga: Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (190)
Orang Rusia digambarkan Lili suka bekerja. Tak heran tangan perempuan-pertempuan Rusia terlihat kekar. Misalnya di halaman 40-41 Lili menulis, mereka, orang-orang Rusia yang masih kuliah di asrama pada musim dingin ramai-ramai mendaftar menjadi pekerja bangunan jalan raya.
Artikel Terkait
Laboratorium Musik Jakarta Bawakan Cinta di Sastra Reboan
Ketika Penyair Budhi Setyawan Kembali ke Puisi
Pameran Titian Muhibah Indonesia - Malaysia
Pameran Arsip ‘Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas’, Sajikan Sejarah Perkembangan Musik Populer