TINEMU.COM - Pada benak Su-lam sudah timbul rasa hormat kepada To Pek-seng, ia yakin orang yang membunuh tokoh she To itu pasti bukan manusia baik2, biarpun tidak mampu melawan juga akan dihadapinya. Maka ketika Bu-su Mongol itu sudah mendekat, mendadak ia menggertak sekerasnya, tiga buah Tok-liong-piau yang dipegangnya tadi sekaligus disambitkan.
Su-lam sadar lawan yang mampu To Pek-seng itu pasti memiliki kepandaian tinggi dan tentu ganas pula, jika tidak menyerang lebih dahulu mungkin jiwa sendiri akan celaka. Maka terpaksa ia menggunakan Tok-liong-piau yang baru saja ditemukan itu.
Ketika Bu-su Mongol itu menubruk maju sebenarnya ia pun sudah siap menghadapi segala kemungkinan. Dia adalah jago pilihan di bawah Jengis Khan, kepandaiannya tinggi, nyalinya besar. Sebaliknya Li Su-lam hanya pemuda 20-an tahun sehingga dipandang enteng olehnya. Pula ia tidak tahu kalau Li Su-lam telah memperoleh Tok-liong-piau yang merupakan senjata rahasia maut itu. Maka dalam keadaan sedang menerjang ke depan dalam jarak yang cuma belasan meter jauhnya, samberan Tok-liong-piau sekaligus tiga buah itu sungguh sukar baginya untuk mengelakkan diri.
Baca Juga: Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)
Cara Li Su-lam menyambitkan ketiga buah Tok-liong-piau itupun terbagi dari tiga arah, yang sebuah mengincar Thay-yang-hiat di bagian pelipis, sebuah lagi menuju Soan-ki-hiat di bagian dada dan yang lain menyerang Koan-tiau-hiat di bagian dengkul kanan. Dengan sambitannya yang hebat itu Li Su-lam yakin musuh pasti akan terjungkal, paling tidak sebuah di antara tiga Tok-liong-piau itu pasti akan kena sasarannya.
Di luar dugaan, pada detik terakhir itu tiba-tiba terdengar suara angin mendampar, segumpal awan merah mengapung tiba, seketika To-liong-piau sekaligus kena digulung semua. Kiranya Lama jubah merah itu telah melompat dari kudanya dan sempat mendahului menyela di depan Bu-su Mongol itu, lengan jubahnya yang lebar itu mengebas dan ketiga Tok-liong-piau kena digulung olehnya.
Cara menangkap senjata rahasia demikian sungguh luar biasa. Lama itu memeriksa sejenak ketiga Tok-liong-piau rampasannya itu, lalu dimasukkan kantung, katanya dengan tertawa, “Tok-liong-piau To Pek-seng ini memang benar-benar senjata rahasia berbisa yang paling lihai, sayang bocah masih hijau seperti kau ini belum mampu memakainya.”
Baca Juga: Berhak 100 Tahun
Dari ucapannya dapat diduga seperti sebelumnya dia juga belum kenal Tok-liong-piau. Jika demikian bukanlah dia yang membunuh To Pek-seng atatu sebelum To Pek-seng sempat menggunakan Tok-liong-piau sudah terbunuh lebih dahulu olehnya.
Namun Li Su-lam tidak dapat banyak berpikir lagi menghadapi musuh-musuh selihai itu, cepat ia meloloskan pedang dan membentak: “Lekas kalian maju semuanya.”
“Ha ha anak ingusan saja berani bermulut besar!” seru Si Lama dengan tertawa. “Aku sih belum sudi bergebrak dengan kau.”
Sebaliknya Bu-su Mongol tadi menjadi murka karena tadi hampir-hampir terkena Tok-liong-piau. Segera ia menerjang maju sambil berteriak, “Jangan garang, bangsat cilik. Serahkan
nyawamu saja!”
“Meski bocah ini tidak seberapa lihai, tapi kau pun perlu hati2, Cilaun!” seru Si Lama.
Cilaun adalah nama Bu-su Mongol itu. Diam-diam ia mendongkol akan ucapan kawannya. “Kau sendiri memandang enteng bocah ini, sebaliknya kau suruh aku hati-hati, 'kan sama saja kaupun memandang enteng padaku?” demikian pikirnya.
Baca Juga: Kertas: Bacaan dan Kegunaan
Artikel Terkait
Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)