TINEMU.COM - Lakilaki setengah umur tadi lantas mendekat, tanyanya kepada Su-lam: “Siapa namamu? Kau pernah apanya To Pek-seng?”
Sekilas Su-lam melihat di pokok kemah sana tertaruh tiga buah Tok-liong-piau. Mungkin sekali setelah orang itu menggebah lari Lama jubah merah itu, ketiga Tok-liong-piau itu ditemukannya kembali, dengan sendirinya mayat To Pek-seng juga telah dilihatnya pula.
Maka lebih dulu Su-lam mengucapkan banyak terima kasih, katanya: “Selamanya aku tidak kenal To Pek-seng, hanya dari guruku pernah kudengar tentang sepak terjangnya yang mengagumkan, maka aku tahu beliau adalah seorang ksatria.”
“Siapakah gurumu?” tanya laki-laki itu.
Li Su-lam lantas memberitahu nama gurunya. Laki-laki itu tertawa, katanya: “Kiranya kau murid Kok-tayhiap, Kok Pek-yang dari Siau-lim-pay, pantas kepandaianmu begitu hebat.”
Su-lam merasa kikuk, malah sahutnya: “Ah, kepandaian Wanpwe teramat cetek, kalau tiada ditolong Cianpwe tentu jiwaku sudah melayang di tangan pendeta buas tadi.”
Baca Juga: Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)
“Apakah kau tahu siapakah kedua orang tadi?” tanya laki-laki itu dengan sungguh-sungguh. “Ketahuilah bahwa Lama itu adalah murid pertama Liong-siang Hoat-ong, itu imam negara Mongol yang disegani, namanya Hulisa. Sedangkan Bu-su itu adalah Jago terkemuka bawahan Jengis Khan, namanya Cilaun. Jengis Khan punya 12 Jago pilihan. Cilaun terhitung Jago ke delapan di antara ke-12 jagoan itu. Tampaknya kau sangat payah, tentu kau sudah beberapa hari tersesat di tengah gurun luas ini. Tapi kau toh mampu mengalahkan Cilaun, bahkan bergebrak belasan jurus dengan Hulisa, biarpun kalah kau harus merasa bangga, kenapa kau malah merasa malu?”
Li Su-lam terkejut sendiri demi mendengar keterangan laki-laki itu. Sungguh tidak nyana bahwa kedua lawannya tadi adalah Jago-Jago terkemuka Mongol. Padahal mereka belum terhitung tokoh-tokoh tertinggi, maka dapat dibayangkan betapa lihai Jago-Jago Mongol yang mampu membunuh To Pek-seng.
"Wanpwe tidak tahu,” sahut Su-lam.
“Dugaan Cianpwe memang tidak salah, kedua orang tadi memang bukan pembunuh To Pek-seng, sebab sebelum bertempur dengan aku mereka juga belum kenal Tok-liong-piau ini.”
Sepintas lalu ia lantas ceritakan pengalamannya secara ringkas.
Baca Juga: Berhak 100 Tahun
Orang itu menghela nafas, katanya: “ Aku pernah bertemu satu kali dengan To Pek-seng, meski tidak mendalam persahabatanku dengan dia, namun kedua pihak sama-sama menghargai dan menghormati. Kudengar dia berangkat ke Mongol sini, maka aku sedang mencarinya, siapa tahu dia telah terkubur di gurun tandus ini. Seorang ksatria besar
telah binasa di rantau orang, sungguh harus disesalkan."
Su-lam pikir laki-laki ini mampu mengalahkan Lama itu, juga mengaku sobatnya To Pek-seng, tentu dia bukan orang sembarangan. Maka dengan penuh hormat ia bertanya: “Wanpwe telah diselamatkan oleh Inkong (tuan penolong berbudi), kalau tidak keberatan mohon tanya nama Inkong yang mulia?”
Artikel Terkait
Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)