TINEMU.COM - Lantaran ayahnya bukan tokoh terkenal segala, maka tanpa ragu-ragu Su-lam memberitahukan, untuk jelasnya bahkan ia menggores nama ayahnya di atas pasir.
“O, jadi Li Hi-ko adalah ayahmu?” kata Beng Siau-kang dengan nada acuh tak acuh. Semula air mukannya rada berubah, tapi sekejap saja sudah tenang kembali.
“He, Beng-tayhiap tahu akan ayahku?” seru Su-lam girang.
“Aku seperti pernah mendengar orang menyebut nama demikian,” kata Siau-kang.
“Siapakah dia?” Su-lam menegas dengan tdak sabar.
Beng Siau-kang berpikir sejenak, jawabnya kemudian: “Seorang yang tertawan bersama-sama dengan ayahmu. Tiga tahun yang lalu ia masih bercocok tanam di suatu tempat bersama ayahmu.”
“Tempat mana itu?” Su-lam menegas.
“Di suatu tanah pertanian di lembah danau Airag di sebelah barat, secara kebetulan di tepi danau itu aku bertemu dengan dia dan mengajaknya mengobrol tentang keadaan pertanian
yang digarapnya. Ia bilang penghidupannya sangat sulit, banyak orang ingin lari, tapi setiap kali orang yang lari selalu dibekuk kembali dan dipukul sampai mati.”
Baca Juga: Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)
“Dan ayahku, jangan-jangan dia...... dia......” seru Su-lam kuatir.
“Tidak, orang semacam ayahmu tentu takkan mati !" kata Siau-kang dengan nada dingin.
Su-lam merasa lega. Karena perhatiannya terpusatkan pada keselamatan ayahnya sehingga sama sekali ia tidak sadar bahwa dalam ucapan Beng Siau-kang tadi mengandung arti
tertentu.
“Aneh juga, mengapa orang itu bisa membicarakan ayahku?” ujar Su-lam.
“Setelah usaha-usaha melarikan diri sering gagal, banyak di antara mereka lantas berkumpul dan berunding, mereka berpendapat untuk keselamatan masing-masing sedikit banyak perlu
berlatih silat. Ada di antaranya yang kenal ayahmu sebagai keturunan panglima perang, maka ayahmu telah diminta untuk mengajarkan silat kepada mereka. Katanya ayahmu tidak
cuma mahir silat, bahkan juga menguasai kesusastraan, ia pun terkenal sebagai ahli pertanian, karena itu pembesar pengawas juga memberi penilaian lain padanya.”
“Lalu bagaimana kemudian?” tanya Su-lam.
“Kemudian ayahmu telah dipindahkan ke suatu tempat lain, lalu yang bercerita itu tidak tahu lagi jejaknya.”
Artikel Terkait
Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)