TINEMU.COM - Hati Su-lam menjadi pilu. Penderitaan selama duapuluh tahunan memang sukar dirasakan, untung ayahnya masih bertahan sampai sekarang. Tapi setelah menderita sekia lamanya seharusnya mesti benci kepada musuh, mengapa jalan pikiran ayah menjadi terbalik malah? Demikian pikirnya.
“Suhu juga sangat terkenang kepada ayah, beliau pun harap ayah bisa lekas pulang ke tanah air,” kata Su-lam pula.
“Kau pernah menyaksikan ilmu silat Mufali dan Cilaun bukan? Coba katakan, dapatkah kau mengalahkan mereka?” tanya Li Hi-ko.
“Terhadap Cilaun masih bisa melayani, tapi anak harus mengakui tidak sanggup melawan Mufali,” kata Su-lam.
“Padahal Khan besar mempunyai 12 jago pengawal kepercayaan, Mufali hanya nomor 3 di antara mereka. Jago yang nomor satu dan dua itu tentu jauh lebih lihai. Kalau Mufali saja kau tidak mampu mengalahkannya, bagaimana cara kita bisa kabur dari sini? Oleh karena itu, daripada kita mati konyol, kupikir kita harus cari jalan yang baik. Untuk ini hendaklah kau bersabar. Setahuku, dalam waktu tiga bulan ini Khan besar pasti akan mengerahkan pasukannya untuk menggempur Kim dan aku pun mungkin ikut serta dalam ekspedisi ini. Untuk lari di medan perang akan lebih leluasa, pula tempatnya nanti adalah di wilayah tanah air kita, untuk meloloskan diri tentu akan lebih gampang daripada lari dari sini dan mesti melintasi Gobi pula.”
Baca Juga: Pendaftaran Dibuka, Yuk Ikut Mudik Bareng Honda 2023
Su-lam merasa uraian sang ayah cukup beralasan, dengan girang ia menjawab: “Apa yang ayah pikirkan memang sangat baik. Anak rasanya sanggup bersabar untuk dua tiga bulan lagi.”
“Baiklah, kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, kau tentusudah terlalu lelah, bolehlah kau mengaso saja. Besok akan kubawa kau menghadap Khan besar,” kata Hi-ko.
“Menghadapi Jengis Khan?” Su-lam menegas. “Kukira kalau bisa dihindarkan lebih baik tidak menghadapi saja.”
“Kau dibawa kemari oleh Mufali dan Cilaun, sudah tentu hal ini telah diketahui Khan besar, malahan siang tadi kepadaku beliau menanyakan dirimu.”
“Jika demikian, terpaksa anak ikut menghadap.”
“Aku akan peringatkan kau supaya kau bersikap hormat kepada beliau. Hendaklah maklum bahwa kita harus berebut kepercayaan Khan besar agar kelak kita ada kedapatan kabur yang lebih leluasa. Tentu kau paham kata-kataku.”
“Ya, anak paham,” sahut Su-lam.
“Baiklah sekarang boleh kau pergi tidur, besok akan kukatakan hal-hal yang perlu kau perhatikan secara terperinci.” Kata Li Hi-ko.
Ia panggil seorang pengawal agar membawa Su-lam kesuatu kamar tidur. Rupanya Li Hi-ko telah punya selir pula di Mongol, maka hal ini sengaja dirahasiakannya.
Artikel Terkait
Cerbung: Pahlawan Padang Gurun (1)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (3)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (2)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (4)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (5)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (6)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (7)