TINEMU.COM - “Turun ke bawah!” bentak Tun-ih Pin sambil putar gaetan lain ke perut kuda lawan. Terpaksa To Hong menginjak pelana dan melompat pergi. Pedangnya tidak sampai dirampas musuh, namun kudanya harus dikorbankan dan mati tertusuk oleh gaetan Tun-ih Pin
yang berujung tajam.
Belum sempat To Hong berdiri tegak dari belakang Tun-ih Pin sudah menyerang tiba pula. To Hong menjadi gemas, bentaknya, “Biar kau yang mati atau aku yang binasa!”
Berbareng pedangnya susul menyusul menusuk tiga kali ke belakang, semuanya menuju tempat-tempat mematikan di tubuh Tun-ih Pin. Tun-ih Pin terkesiap dan mengakui ilmu pedang To Hong yang hebat.
Tempo hari ketika di rumah To Hong ia telah dikalahkan si nona. Hal ini membuatnya sangat penasaran, dengan sendirinya pertempuran sekarang sudah berbeda daripada dahulu, sebelumnya Tun-ih Pin sudah bersiap, namun dalam dua-tigapuluh jurus ternyata sedikitpun dia tak bisa mengungkuli si nona dan baru sekarang ia tahu To Hong memang punya kepandaian sejati dan tidak boleh dipandang enteng.
Baca Juga: Sejak Dulu…
Sementara itu disebelah sana Bing-sia juga sudah mulai bergebrak dengan Lama jubah merah. Ketika anak buah Lama itu menghujani Bing-sia dengan panah, terpaksa Bing-sia juga meninggalkan kudanya dan menerjang ketengah musuh, dengan cepat pedangnya telah merobohkan tiga Busu bangsa Mongol.
Lama Merah itu menjadi gusar, senjatanya bentuk Kiu-goan-sik-tiang, tongkat timah bergelang sembilan, ia memapak Bing-sia terus menghantam, ketika pedang beradu dengan tongkat, terdengarlah suara gemerantang riuh yang diterbitkn gelang-gelang tembaga di ujung tongkat Lama itu.
“Hm, permainan apa ini?” jengek Bing-sia. Pedangnya berkelebat diatas dan memancarkan titik-titik putih perak.
Lama itu tidak tahu dari arah mana pedang lawan hendak menyerang, terpaksa ia putar tongkatnya dengan kencang. Karena itu bunyi gelang pada ujung tongkatnya tambah ramai
dan nyaring.
Semula Bing-sia tidak menaruh perhatian terhadap bunyi gelang tembaga itu, tak terduga lama-lama hatinya menjadi gelisah, pikirannya menjadi kacau.
Baca Juga: Mesin Ketik dan Sumbangan
Kiranya suara yang diterbitkan oleh gelang-gelang tembaga itu telah merangkaikan suara-suara yang kacau yang memang bisa menggoda pemusatan pikiran lawan, hal ini merupakan salah satu gaman si Lama untuk mengatasi lawan. Di tengah pertarungan sengit itu, sedikit lengah saja hampir-hampir dia kena disabet oleh tongkat Lama.
Untung Bing-sia mempunyai ginkang yang tinggi, dengan enteng sekali pada detik yang paling berbahaya ia tutul ujung tongkat dengan pedangnya, lalu meloncat ke samping.
Pada saat itulah seorang laki-laki bersenjata golok dan seorang Busu bersenjata tombak telah mengepungnya dari kanan kiri. Yang pertama adalah jago kalangan Hek-to yang diundang Tun-ih Pin, yang kedua, adalah Busu Mongol, kepandaian mereka cukup tangguh, untuk mengalahkan mereka dalam waktu singkat rasanya sukar bagi Bing-sia.
Sebaliknya si Lama telah menguber pula dari belakang. Dengan satu lawan tiga Bing-sia masih mampu bertahan, tapi lama kelamaan tentu kewalahan juga. Namun di sebelah lain keadaan To Hong ternyata lebih buruk daripada Bing-sia.
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (67)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (68)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (69)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (70)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (71)