TINEMU.COM - Ia membawa rangsum kering serta obat luka, untung perbekalan itutidak jatuh. Segera ia robek bajunya, lukanya dibersihkan, lalu dibalut. Ia pikir bahaya belum lenyap seluruhnya, makin jauh masuk pegunungan akan makin baik.
Maka dengan menahan haus, ia makan dua buah kue kering, dengan mengumpulkan semangat ia mendaki gunung di depan. Sampai hari sudah magrib barulah ia mencapai di atas gunung. Untung diketemukan sebuah parit berair bening, setelah kenyang minum dan membersihkan badan, pulihlah semangatnya.
Ia coba bersemadi untuk menghimpun tenaga dalam, akhirnya ia merasa lukanya tidak berhalangan barulah ia bangkit. Sayup terdengar suara terompet, entah sudah sampai dimana prajurit kedua pihak yang berperang itu.
Menghadapi bayangan sendiri di bawah sinar bulan, Su-lam menjadi berduka teringat kepada Nyo Wan yang hilang itu, terkenang macam-macam kebaikan Nyo Wan, tapi sekarang dirinya tinggal sendirian dan sinona tak diketahui mati hidupnya. Ia pikir kepandaian Nyo Wan cukup tinggi, tentunya dapat menyelamatkan diri pula. Maka dalam hati ia bersumpah betapa pun pasti akan mencari dan menemukan si nona.
Baca Juga: Pengin Bikin Film Seperti Wes Anderson? Cek Karakteristik Film yang Dibuatnya
Tengah melamun, tiba-tiba didengarnya suara kresek-kresek di tengah semak-semak rumput, Ia mengira ada binatang-binatang kecil sebangsa kelinci yang sembunyi di situ. Ia pikir sangat
kebetulan akan dijadikan makanan. Segera ia ambil dua potong batu kecil, ia sambit semak-semak rumput itu dengan maksud membuat binatang yang sembunyi di situ kaget dan lari ke luar, lalu akan menyambit pula untuk menangkapnya.
Di luar dugaan, yang melompat keluar bukanlah binatang kecil, tapi ada seorang laki-laki, sebelum batu kedua disambitkan Su-lam, orang itu sudah datang menubruknya. Di bawah sinar bulan kelihatan jelas laki-laki itu pun kotor badannya dan berlepotan darah, entah orang mana dan bangsa apa, yang jelas berpakaian orang Mongol.
Su-lam menyangka orang suruhan Cepe untuk menangkapnya, tanpa pikir ia lantas lolos pedang terus menusuk. Serangan yang mengarah Hiat-to musuh ini menurut perhitungan Su-lam akan dapat merobohkan musuh dengan mudah.
Tetapi, siapa duga laki-laki itu ternyata sangat gesit dan cekatan. “Trang”, secepat kilat orang itupun sudah cabut pedangnya untuk menangkis, menyusul terus balas menyerang ke muka Li Su-lam. Sambil mengelak Su-lam sampuk pula pedang lawan. Tapi orang itu terus memutar ke samping Su-lam dan kembali pedangnya menusuk iga Su-lam dengan cepat luar biasa.
Syukur Su-lam sempat menggeliat pada saat berbahaya sehingga melesetlah serangan musuh. Ia terkesiap akan tusukan musuh yang mengincar Hiat-to berbahaya itu, kini ia tidak berani memandang enteng lawannya lagi.
Dalam pada itu dengan cepat luar biasa orang itu menubruk maju pula dan berturut-turut melancarkan belasan kali serangan. Sebenarnya kepandaian Li Su-lam tidak di bawah laki-laki itu. Soalnya kalah tenaga, perutnya lapar lagi. Setelah menangkis belasan kali mulai terasa payah.
Untungnya laki-laki itupun seperti kekurangan tenaga juga, setelah melancarkan serangan-serangan tadi gerak pedangnya pun mulai kendur. Tiba-tiba hati Su-lam tergerak karena merasa ilmu pedang lawan seperti sudah dikenalnya. Baru saja bermaksud
menegur, sekonyong-konyong lawannya melompat ke luar kalangan dan membentak, “Siapa kau?”
Baca Juga: Mau Terapkan Kerja Hybrid? Pelajar Konsep dan Strateginya Bagi Perusahaan Anda
“Seorang laki-laki sejati tidak perlu ganti she dan palsukan nama, aku adalah putra Han tulen Li Su-lam adanya, dan kau sendiri siapa?”
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (75)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (76)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (77)