TINEMU.COM - Sejarah Indonesia “digerakkan” dengan buku-buku terbitan pemerintah. Kita mengartikan buku-buku mengenai tokoh dianggap sebagai pahlawan atau tokoh nasional. Mereka “terpilih” dengan bukti-bukti turut membentuk dan memuliakan Indonesia, dari masa ke masa.
Buku-buku biografi disusun oleh orang-orang dianggap mumpuni dan penerbitan menggunakan anggaran pemerintah. Ratusan buku telah terbit belum tentu terbaca menjadi bukti pemerintah menjadi pihak berkepentingan mengajarkan sejarah berpijak bacaan.
Pada saat kita menjadi murid, ratusan eksemplar buku biografi cap pemerintah ditaruh di rak atau lemari. Dulu, kita memandangi tapi enggan untuk memegang. Hasrat membaca buku tak mudah muncul. Murid-murid sedang bergairah membaca mungkin memilih mengambil novel dari rak buku.
Mereka agak kesulitan dalih membaca buku-buku biografi tokoh mengisahkan Indonesia. Buku-buku telanjur diedarkan di seantero Indonesia meski tanpa janji mendapatkan pembaca dan memberi pengaruh besar dalam pengajaran sejarah di sekolah.
Baca Juga: Masih Tentang Bahasa: Pergaulan dan Persaingan
Dulu, rezim Orde Baru berpihak buku. Kita boleh meragu dengan kebijakan bertema buku tapi selama puluhan tahun pemerintah membuktikan rajin menerbitkan buku-buku biografi dan sejarah.
Kita menduga anggaran besar tak sesuai hasil. Kita menuduh mutu-mutu buku jelek. Kita sangsi buku-buku mengandung “kebenaran” sejarah. Segala kritik diajukan dan diserukan tanpa membatalkan gairah pemerintah menambahi bibliografi mengenai tokoh-tokoh Indonesia.
Pada 1985, terbit buku berjudul HOS Tjokroaminoto disusun Anhar Gonggong. Buku dengan sampul warna kuning. Di situ, gambar tokoh pernah menggerakkan Sarekat Islam. Tampilan buku tak menggairahkan. Buku merek Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dirjen Kebudayaan (Haryati Soebadio) memberi sambutan: “Usaha penulisan buku-buku kesejarahan wajib kita tingkatkan mengingat perlunya kita untuk senantiasa memupuk, memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional dengan tetap memelihara dan membina tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional.”
Baca Juga: Pengendalian DBD dengan Nyamuk Jantan Mandul
Artikel Terkait
Saya Lahir di Tahun Kelahiran NU 1926, Berarti Saya Anak NU, Gurau Syekh Yusuf Al-Qaradawi
Ki Anom Suroto, Antara Dalang, Sepak Bola, dan Pemilu
Opini Anwar Holid: Gowes dan Khatam Al-Qur'an