TINEMU.COM - “Gurumu bukankah To-tayhiap, To Pek-sing?” jawab Su-lam. “Sumoaymu To Hong bahkan kemarin berada bersama kami.”
Terkejut dan girang sekali Ciok Bok, cepat ia menegas, “To-sumoay berada di mana? Masih ada seorang Jisuko kami, apakah Li-heng juga berjumpa dengan dia?”
“Nona To dan seorang nona Beng berada di lembah kupu-kupu untuk menunggu kembalinya Song Thi-lun dan istrinya.
Tentang Liong-suheng, dia ..... dia, sayang sudah meninggal.”
“Liong-suheng meninggal?” Ciok Bok menegas dengan terperanjat.
Su-lam lantas menceritakan apa yang diketahuinya. Gemas dan duka hati Ciok Bok mendengar sebab kematian Liong Kang, dengan mengembang airmata ia bacok sebuah batu padas dengan pedangnya dan bersumpah, “Jahanam Tun-ih Pin yang membikin celaka Liong-suheng, bila aku tidak membunuh keparat ini aku bersumpah tidak menjadi manusia.”
Baca Juga: Tina Turner Pemenang 8 Grammy Awards Meninggal di usia 83 tahun
Sejenak kemudian Su-lam bertanya, “Ciok-heng, mengapa kau berada di sini dan sebab apa berdandan begini?”
“Sungguh memalukan bila kuceritakan,” jawab Ciok Bok. “Kemarin aku kepergok pasukan besar Mongol, karena kewalahan menghadapi jumlah musuh sekian banyak, akhirnya aku tertawan. Di tengah jalan tadi untung terjadi angin puyuh selagi pasukan Mongol mengejar pasukan Sehe yang melarikan diri, kesempatan itu telah kugunakan untuk meloloskan diri."
“Benar-benar sangat kebetulan, aku juga lolos dari kejaran musuh karena angin puyuh yang hebat tadi,” ujar Su-lam dengan tertawa. “Ciok-heng tentunya sangat lapar, aku masih ada sedikit makanan kering.”
“Barusan aku dapat membunuh seekor kelinci, apakah Li-heng membawa batu api?” kata Ciok Bok.
Lalu dari semak-semak dikeluarkannya seekor kelinci. Segera Su-lam membuat api unggun untuk memanggang kelinci. Selesai makan semangat mereka banyak terbangkit kembali. Su-lam menjadi teringat lagi kepada Nyo Wan, ia coba tanya,“Di tengah pasukan yang kacau balau tadi apakah Ciok-heng melihat seorang nona.”
Baca Juga: Para Pewaris Tina Turner, dari Beyonce Hingga Sylvia Saartje
Lalu ia menguraikan ciri-ciri Nyo Wan. Sebenarnya ia hanya tanya sekadarnya saja, sebab tahu sangat tipis harapan akan diketemukannya bakal istrinya itu. Tak disangka, setelah mendengar ciri-ciri Nyo Wan, tentang wajah dan pakaiannya, tiba-tiba Ciok Bok menjawab, “Aku melihatnya. Cuma, ai, sungguh malang nasib nona itu.....” Tiba- tiba ia bertanya, “Entah nona itu pernah apanya Li-heng?”
Berdebar jantung Su-lam, jawabnya kemudian, “O, kawanku seperjalanan. Kami sama-sama hidup terlunta di negeri orang yan sedang berkecambuk oleh peperangan, maka kami sama-sama ingin pulang ke kampung halaman, tak terduga di tengah kekacauan kemarin dia telah terpencar dariku. Entah bagaimana nasibnya, dapatkah kau menceritakan?”
Artikel Terkait
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (73)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (74)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (74)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (75)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (76)
Cerbung : Pahlawan Padang Gurun (77)